Menurut
Veithzal Rivai (2004:455), Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai
yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan
individu.
Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang
invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku
dalam mencapai tujuan.
Motivasi menurut Donoqhue
Puline (1990), merupakan sebuah konsep yang sangat sulit diselidiki secara
langsung, karena motivasi merupakan konstruksi hipotesis. Motif hanya dapat
disimpulkan berdasarkan tingkah laku, tetapi motivasi dan pelaksanaan juga
tidak sinonim. Pelaksanaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keahlian,
kecakapan dan kondisi-kondisi yang berlaku.
Menurut Siagian (1995)
memberikan pengertian motivasi sebagai berikut, motivasi adalah daya pendorong
yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menyerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan menurut Hamalik
(1995) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses tingkah laku yang
diamati dan meramalkan tingkah laku orang lain, serta menentukan karakteristik
proses berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut
dapat dipercaya apabila tampak kegunaanya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah
laku lainnya.
Koontz
dalam Hasibuan (1996), menyatakan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan
usaha untuk merumuskan kebutuhan atau suatu tujuan.
Motivasi
dapat disimpulkan: (1) Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah
suatu tujuan tertentu. (2) Sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan
dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan karyawan
dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. (3) Sebagai inisiasi dan pengarahan
tingkah laku. Pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.
(4) Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. (5) Sebagai kondisi
yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja.
2.1.2 Teori Motivasi
Menurut
Fred Luthans dalam bukunya Organizational Behavior, motivasi dibagi menjadi dua
katagori : 1) teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor di dalam
individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku,
mereka mencoba untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan spesifik yang memotivasi
orang, 2) teori proses menerangkan dan menganalisis bagaimana perilaku
didorong, diarahkan dan diproses.
Teori Motivasi menurut
Maslow motivasi pada setiap manusia terdiri atas lima kebutuhan yaitu; kebutuhan
fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri, ini dapat
dijelaskan dalam uraian dibawah ini :
-
Kebutuhan Fisiologis seperti kebutuhan
makan, minum, perlindungan fisik, seksual, sebagai kebutuhan terendah.
-
Rasa Aman seperti kebutuhan
perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
-
Kepemilikan sosial seperti kebutuhan
rasa memiliki, kebutuhan untuk diterima, berinteraksi, dan kebutuhan untuk
dicintai dan mencintai.
-
Penghargaan Diri seperti kebutuhan
akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai orang lain.
-
Aktualisasi diri seperti kebutuhan
untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan
menggunakan ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
Bahwa
dalam rangkaian kebutuhan seseorang
selalu mengikuti alur yang dijelaskan oleh teori Maslow. Semakin keatas
kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah atau kriteria kuantitas manusia yang
memiliki kebutuhannya, atau kebutuhan kebebasan diri untuk merealisasikan
cita-cita atau harapan individu untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Menurut
Douglas McGregor (Theory X and theory Y) motivasi ada dua pandangan yang
berbeda tentang manusia, negatif dengan tanda X dan positif dengan tanda Y.
Dalam rumusannya, prilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut:
Teori X (negatif)
merumuskan asumsi seperti:
-
Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja
dan jika ada kesempatan dia akan menghindari atau bermalasa-malasan dalam
bekerja.
-
Semenjak karyawan tidak suka bekerja
atau tidak meyukai pekerjaanya, mereka harus diatur dan dikontrol bahkan
ditakuti untuk menerima sangsi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
-
Karyawan akan menghindari tanggung
jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa mungkin.
-
Kebanyakan karyawan menempatkan
keamanan diatas faktor lainya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan
menggambarkannya dengan sedikit ambisi.
Sebaliknya teori Y
(positif) memiliki amsumsi sebagai berikut:
-
Karyawan dapat memandang pekerjaan
sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah.
-
Manusia akan melatih tujuan pribadi
dan pengontrolan diri jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
-
Kemampuan untuk melakukan keputusan
yang cerdas dan inovatif tersebar secara meluas diberbagai kalangan.
Jadi teori ini lebih
memihak kepada asumsi-asumsi Y atau positive side dari prilaku sumber daya
manusia didalam organisasi.
2.1.3 Faktor-Faktor Motivasi
Untuk
dapat memahami motivasi secara lebih mendalam maka harus dipahami pula bahwa
didalam organisasi, akan terjadi interaksi dan aktivitas baik yang bersifat
positif maupun negatif dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas. Seperti
dikatakan oleh Wahjosumidjo yang dikutip Ambar teguh ( 2003 ) sebagai berikut :
- Interaksi kerjasama antara pimpinan dan bawahan kolega maupun dengan atasan pimpinan itu sendiri.
- Dalam proses interaksi tersebut terjadi perilaku bawahan yang harus diperhatikan, diarahkan, dibina, dikembangkan tetapi kemungkinan juga dipaksakan agar perilaku tersebut sesuai dengan organisasi yang bersangkutan.
- Perilaku yang ditampilkan oleh para bawahan berjalan sesuai dengan sistem nilai dan aturan atau bertentangan.
- Dorongan perilaku yang berbeda-beda, dapat terjadi karena keinginan dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda pula.
Dengan demikian dalam
proses motivasi pegawai akan melibatkan beberapa faktor sebagaimana tampak
dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Faktor-faktor
dalam Motivasi
Sumber:
Ambar teguh ( 2003:189 )
2.1.4 Indikator Motivasi kerja
Menurut
Teori kebutuhan berprestasi David McCelland yang menyebutkan ada 3 motivasi
paling menentukan tingkah laku manusia dalam organisasi terutama berhubungan
dengan situasi pegawai serta gaya hidup, yaitu :
a. Kebutuhan dalam mencapai
kesuksesan ( need for achievement ), kemampuan
untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan yang telah ditentukan juga
perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan.
b. Kebutuhan dalam
kekuasaan atau otoritas kerja ( Need for
power ), kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar
dan bijaksana didalam tugasnya masing-masing, atau mampu memberi pengaruh
kepada orang lain.
c. Kebutuhan untuk
berafiliasi ( Needs for affiliation ),
hasrat untuk bersahabat dan mengenal lebih dekat rekan kerja atau para karyawan
didalam organisasi, atau selalu bergabung dengan kelompok bersama-sama orang
lain.
2.2. Kompetensi
2.2.1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut gambaran
Spencer dan Spencer (1993) merupakan karakteristik dasar seorang pekerja yang
menggunakan bagian kepribadiannya yang paling dalam, dan dapat mempengaruhi
perilakunya ketika ia menghadapi pekerjaan yang akhirnya mempengaruhi kemampuan untuk meningkatkan prestasi
kerjanya.
Gambaran
di atas sejalan dengan pandangan Johnson sebagaimana dikutip oleh Makmun (1996)
bahwa kompetensi sebagai suatu penampilan yang rasional yang dapat mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan dengan penuh kesenangan.
Omstein
(1980) memberikan penjelaskan yang sama, bahwa kompetensi merupakan bagian
spesifik dan perilaku yang dapat dijelaskan dengan pengelolaan yang diperlukan
dalam suatu keseluruhan pengajaran atau dalam sistem penilaian .
Selanjutnya Wenting ( 1996
) mendefinisikan konsep kompetensi identik dengan kinerja yaitu sebagai “demonstrated ability ( including
knowledge, skill, or attitudes ) to perform successfully a specific task to
meet standard”. Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukkan seseorang
dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu berdasarkan standar yang telah
ditetapkan
Kubr.A
& Proponenko, (1989) Kompetensi terdiri atas technical competence dan behavioral
competence. Technical competence
berhubungan dengan pengetahuan, attitude,
dan skill tentang struktur dan
prosedur pekerjaan. Behavioral competence,
berhubungan dengan keseluruhan aspek yang mempengaruhi seseorang berkomunikasi
dan berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan
definisi mengenai kompetensi itu, dapat dipahami bahwa kompetensi bukanlah
gejala abstrak diluar konteks pekerjaan atau organisasi. Dengan demikian
indikator kompetensi yang identik dengan kinerja meliputi knowledge, trait and attitude, skill and experience ( kubr,1989 ). Knowledge, atau pengetahuan adalah
informasi yang dimiliki seseorang berkenaan dengan fakta, konsep, dan hubungan
antar fakta ( retained information
concerning facts, concepts, and relationship ).
Trait and attitude, merupakan pembawaan
seseorang dan refleksi dari nilai-nilai yang dimilikinya. Pembawaan itu
terbentuk dari faktor genetik dan proses interaksi dengan keluarga, sekolah,
kondisi sosial budaya masyarakat dimana seseorang berada. Traits disebut juga kepribadian yang merujuk kepada kemampuan
mereaksi terhadap stimulus atau kejadian tertentu dalam berbagai situasi.
Attitude merupakan sesuatu yang
unik pada setiap orang, dan diyakini sulit diubah terutama setelah menjadi
dewasa. Tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa attitude seseorang masih mungkin berubah dibawah situasi tertentu,
atau dengan menciptakan suatu keadaan yang sesuai dengan tingkat pengalaman
mereka dan memodifikasi kepribadiannya.
Sedangkan
Skill adalah kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan attitude
ke dalam situasi pekerjaan. Seperti conceptual
skill, managerial skill, technical skill, leadership skill, analytical skill,
communication and interpersonal skill, social and cultural skill.
2.2.2. Unsur-unsur Kompetensi
Seperti halnya pendapat Kanter, kajian yang
dilakukan Harianto (1998) mengenai pemahaman terhadap kompetensi manusia mengungkapkan
unsur-unsur berikut ini:
1.
Kemampuan intelektual. Unsur ini berhubungan
dengan kemampuan profesional seseorang yang diwujudkan dalam bentuk :
a.
pengetahuan yang dianggap cerminan
intelegensia yang dibangun melalui proses pendidikan;
b.
keterampilan
yang biasanya dikaitkan dengan talenta dan dikembangkan melalui pelatihan;
c.
ability (kemampuan)
yang biasanya dikaitkan dengan kemampuan fisik dan daya tahan seseorang di
dalam kegiatan kerja;
d.
pengalaman
yang diperoleh melalui pengalaman kerja yang relevan dan pemahaman yang
mendalam atas kondisi lingkungan bisnis dan lingkungan kerja.
2.
Kompetensi jejaring kerja sama. Unsur
ini terbentuk dari hubungan kerjasama di antara anggota organisasi, mitra
kerja, dan pihak lain yang berkepentingan, mau memberikan komitmennya untuk
maju bersama dengan orang-orang yang memiliki jejaring tersebut.
3.
Kompetensi kredibilitas. Unsur ini
perlu dikembangkan secara berkelanjutan mengingat organisasi bereksistensi di
dalam lingkungan yang terus berubah.
2.2.3. Karakteristik Kompetensi
Lebih lanjut dijelaskan oleh Spencer dan
Spencer (1993) bahwa ada lima karakteristik pembentuk kompetensi, yaitu watak,
motif, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan. Dua karakteristik yang
disebut terakhir cenderung kelihatan
karena ada di permukaan, sedangkan tiga kompetensi lainnya lebih tersembunyi
dan relatif sulit dikembangkan, meskipun berperan sebagai sumber kepribadian.
Motif merupakan gambar diri seseorang
mengenai sesuatu yang dipikirkan atau yang diinginkannya, dan memberikan
dorongan untuk mewujudkan cita-citanya atau memenuhi ambisinya ketika ia
menduduki jabatan atau posisi baru. watak
merupakan karakteristik mental seseorang dan konsistensi respons terhadap
rangsangan situasi atau informasi. Konsep
diri merupakan gambaran mengenai nilai luhur yang dijunjung tinggi
seseorang serta bayangan diri atau sikap terhadap masa depan ideal yang
dicita-citakan, dan diharapkan terwujud melalui kerja serta usahanya. Pengetahuan merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan fisik atau mental. Ketrampilan merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik
atau mental.
Dengan
memperhatikan pengertian kompetensi tersebut, menurut Makmun, dapat dimaklumi
jika kompetensi dipandang sebagai pilar atau teras kinerja dari sesuatu
profesi. Implikasinya, seseorang profesional yang kompeten harus dapat
menunjukkan karakteristik utama berikut ini :
1)
Mampu melakukan sesuatu pekerjaan
tertentu secara rasional yang berarti ia harus memiliki visi dan misi yang
jelas mengapa ia melakukan apa yang dilakukan dan mengambil keputusan tentang
apa yang dikerjakan;
2)
Menguasai perangkat pengetahuan (
teori, konsep, prinsip, kaidah, hipotesis, dan generalisasi, data dan informasi
) tentang seluk beluk apa yang menjadi tugasnya;
3)
Menguasai keterampilan ( strategi dan
taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dan
sebagainya ) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melaksanakan tugas
pekerjaannya;
4)
Memiliki daya ( motivasi ) dan citra (
aspirasi ) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya dan berusaha mencapai
yang sebaik mungkin;
5)
Memiliki kewenangan ( otoritas ) yang
memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu
dapat didemontrasikan dan teruji sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan
pihak berwenang;
6)
Memahami perangkat persyaratan ambang
tentang ketentuan kelayakan normatif, minimal kondisi dan proses yang dapat
ditoleransi dari kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang
dilakukannya.
2.2.4. Indikator kompetensi
Selanjutnya
spencer & spencer sebagaimana mengelompokkan kompetensi dalam enam
kelompok, dan masing-masing kelompok tersebut memuat sejumlah kompetensi
sehingga seluruh kelompok mencapai 36 kompentensi. Beberapa kompetensi berikut
ini dikutip oleh kusumastuti (2001).
1.
Semangat untuk berprestasi dan
bertindak (achievement and action ) yang
meliputi kompetensi : (1) orientasi untuk berprestasi; (2) perhatian terhadap
kerapihan, mutu, dan ketelitian; (3) inisiatif ; (4) pencarian dan pemgumpulan
informasi.
Orientasi untuk berprestasi merupakan derajat
kepedulian atau upaya seseorang untuk berprestasi dalam pekerjaannya sehingga
ia berusaha bekerja dengan baik atau di atas standar. Kompetensi ini
direfleksikan dalam orientasi kepada
hasil, efisiensi, standar, perbaikan, kewirausahaan, dan optimasi penggunaan
sumber daya. Perhatian terhadap
kerapihan, mutu dan ketelitian yaitu dorongan dalam diri seseorang untuk
mengurangi ketidakpastian di lingkungan kerjanya, khususnya berkenaan dengan
ketersediaan dan akurasi data serta informasi. Kompetensi ini meliputi
pemantauan, kejelasan, dan mengurangi ketidakpastian.
Insiatif
yaitu keinginan atau derajat usaha untuk bertindak melebihi yang di
harapkan oleh pekerjaan, melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dulu.
Tindakan itu dilakukan untuk memperbaiki
atau meningkatkan hasil pekerjaan dan menciptakan peluang-peluang baru secara
proaktif. Pencarian dan pengumpulan
informasi diartikan pula sebagai kemampuan memahami sesuatu secara lebih
mendalam merujuk kepada besarnya usaha seseorang untuk mencari dan mengumpulkan
informasi bagi peningkatan kualitas keputusan, dan tindakan berdasarkan
informasi yang akurat serta pengalaman atas kondisi lingkungan.
2.
Kemampuan pelayanan yang meliputi
kompetensi-kompetensi empati dan orientasi pada kepuasan pelanggan. Empati
bermakna kemauan untuk mendengarkan, memahami, dan mendengarkan hal-hal yang
tidak terkatakan, atau pemahaman atas pemikiran dan perasaan orang lain.
Orientasi pada kepuasan pelanggan merupakan kemauan untuk membantu dan
melayanai kebutuhan atau harapan pelanggan / orang lain.
3.
Kemampuan mempengaruhi orang lain yang
meliputi kompetensi-kompetensi: (1) mendukung dan mempengaruhi; (2) kesadaran
berorganisasi; (3) membangun hubungan kerja. Kompetensi (1) merupakan kemampuan
untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau menimbulkan kesan baik pada orang
lain sehingga orang lain mau mendukung gagasannya. Kompetensi (2) yaitu
kemampuan untuk memahami hubungan kekuasaan atau posisi dalam organisasi,
mengidentifikasi orang-rang yang berperan atau berpengaruh dalam pengambilan
keputusan, dan kemampuan memprediksi pengaruh suatu situasi kondisi terhadap
nasib individu atau kelompok dalam organisasi.
4.
Kemampuan manajerial dengan cakupan
kompetensi sebagai berikut: (1) kemampuan memberi dukungan; (2) keberanian
memberi perintah dan memanfaatkan kekuasaan jabatan; (3) kerja kelompok dan
kerja sama; dan (4) kepemimpinan kelompok. Kompetensi (1) merupakan kemampuan
mendorong pengembangan atau proses belajar orang lain. Kompetensi (2) yaitu
kemampuan memerintah dan mengarahkan orang lain baik karena kemampuan diri
maupun karena kekuasaan jabatannya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
sasaran organisasi. Kompetensi (3) adalah kemampuan dan kemauan bekerja sama
dengan orang lain dalam suatu kelompok kerja atau menjadi bagian suatu kelompok
kerja. Kompetensi (4) merupakan kemampuan dan kemauan untuk berperan sebagai
pemimpin kelompok, biasanya ditunjukkan dalam posisi otoritas formal.
5.
Daya fikir yang mencakup
kompetensi-kompetensi : (1) berfikir analitik; (2) bersikap konseptual; (3)
keahlian teknis. Kompetensi (1) yaitu kemampuan untuk memahami situasi atau
permasalahan dengan cara menguraikannya menjadi bagian-bagian yang lebih rinci,
atau kemampuan untuk mengamati implikasi suatu keadaan tahap demi tahap
berdasarkan pemahaman dan pengetahuan masa lalu. Kompetensi (2) ialah kemampuan
memahami situasi atau permasalahan dengan cara memandangnya sebagai satu
kesatuan, mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi pola keterkaitan antara
masalah yang bersifat tidak tampak, atau kemampuan mengidentifikasi masalah
mendasar dalam situasi kompleks. Kompetensi (3) yaitu penguasaan pengetahuan
eksplisit berupa keahlian atau ketrampilan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
serta motivasi untuk mengembangkan, mengunakan dan mendistribusikan pengetahuan
dan ketrampilan kepada orang lain.
6.
Efektivitas individu yang mencakup
kompetensi-kompetensi : (1) pengendalian diri; (2) kepercayaan diri; (3)
fleksibilitas; dan (4) komitmen pada organisasi. Kompetensi (1) merupakan
kemampuan mengendalikan emosi diri sehingga mampu mencegah perilaku negatif,
khususnya ketika menghadapi tantangan atau penolakan dari orang lain atau pada
saat bekerja dibawah tekanan. Kompetensi (2) yaitu keyakinan seseorang pada
kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Kompetensi (3)
merupakan kemampuan menyesuaikan diri secara efektif pada berbagai situasi,
kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan perspektif dengan sesuatu
hal; kemampuan untuk berubah atau kemudahan untuk menerima suatu perubahan
dalam organisasi maupun pekerjaan. Kompetensi (4) berupa kamauan seseorang
untuk menyesuaikan sikap atau perilakunya, atau melakukan tindakan yang
menunjang kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi.
Pengalaman
pun merupakan indikator kompetensi. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa
kompetensi seseorang dapat dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman.
Misalnya, lamanya bekerja, jenis pekerjaan yang pernah dijalani, pengalaman pendidikan
dan pelatihan, dan sebagainya (Kubr & Proponenko, 1989; Wentling, 1996;
Deakin, 1994).
2.3. Pengembangan karier
Pengembangan
karier merupakan proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam
rangka mencapai karier yang diinginkan.yang bertujuan untuk menyesuaikan antara
kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karier yang tersedia di
perusahaan saat ini dan dimasa yang akan datang.
2.3.1 Pengertian Pengembangan Karier
Karier
menurut Veitzal Rivai (2004:280), adalah
seluruh jabatan yang diduduki seseorang dalam kehidupan kerjanya.
Mathis
(2002), Karier adalah urutan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki
seseorang sepanjang hidupnya. Orang-orang mengejar karier untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individual secara mendalam.
Perkembangan
karier terdiri atas peningkatan pribadi yang dijalani seseorang untuk mencapai
rencana kariernya dan hal ini menjadi tanggung jawab karyawan tersebut.
2.3.2 Faktor
– faktor yang mempengaruhi Pengembangan Karier
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara ( 2000:67 ), ada dua faktor yang mempengaruhi
pencapaian prestasi kerja dalam pengembangan karier karyawan yaitu faktor
kemampuan ( Ability ) atau kompetensi
dan faktor motivasi ( motivation ),
hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1994: 484 ) yang merumuskan bahwa:
- Human Performance = Ability + Motivation
- Motivation = Attitude + Situation
- Ability = Knowledge + Skill
1.
Faktor Kemampuan / berkompeten
Secara
psikologis, kemampuan ( Ability )
pegawai terdiri dari kemampuan potensi ( IQ ) dan kemampuan reality ( Knowledge + skill ). Artinya, pegawai
yang memiliki IQ di atas rata-rata ( IQ
110-120 ) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan tang
sesuai dengan keahliannya ( the right man
in the right place, the right man on the right job ).
2.
Faktor Motivasi
Motivasi
terbentuk dari sikap ( attitude )
seorang pegawai yang menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (
tujuan kerja ).
2.3.3 Indikator
Pengembangan karier
Menurut Veithzal Rivai, ada beberapa hal yang berkaitan
dengan perkembangan karier seseorang karyawan yaitu :
a.
Prestasi
Kerja ( Job performance )
yang merupakan faktor paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan
karier seorang karyawan.
b.
Eksposur (
exposure )
kesempatan berkarier yang diberikan oleh perusahaan sehingga karyawan
mengetahui apa yang diharapkan dari kemungkinan mendapatkan peluang kerja yang
lebih baik.
c.
Jaringan
kerja ( net working ) perolehan eksposur diluar perusahaan, kontak pribadi
dan profesional terutama melalui
asosiasi profesi yanga kan memberikan kontak kepada seseorang yang bisa jadi
pentingdalam mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik.
d.
Kesetiaan
terhadap organisasi ( organizational loyality ) orang yang menempatkan loyalitas pada
karier diatas loyalitas perusahan, Peluang
untuk tumbuh ( growth opportunies ) kesempatan yang diberikan kepada
karyawan untuk meningkatkan kemampuannya.
2.3.4
Alasan dasar
karyawan dalam Pengembangan karier
Ada
lima hal yang menjadi keinginan karyawan, yaitu :
a.
Persamaan karier ( career equity ). Karyawan menginginkan
adanya kesamaan didalam sistem promosi dan kesempatan memajukan karier.
b.
Masalah pengawasan ( supervisory concern ). Karyawan
menginginkan, didalam pengembangan kariernya ada peran aktif para pengawas
serta dapat memberikan umpan balik bagi prestasi kerjanya.
c.
Kesadaran akan adanya kesempatan ( awareness of opportunity). Karyawan
menginginkan adanya kesempatan untuk berkarier.
d.
Minat Karyawan ( employment interest ). Karyawan mempunyai keinginan tingkat minat
yang berbeda-beda dalam memajukan kariernya.
e.
Kepuasan karier (career satisfaction ).Tingkat kepuasan karier karyawan berbeda-beda
tergantung pada usia dan kedudukan karyawan tersebut.
2.4 Hubungan Motivasi dan Kompetensi
Ada
berbagai pendapat dari beberapa ahli yang mengemukakan hubungan atau keterkaitan
antara motivasi dan kompetensi karyawan dengan pengembangan karier, antara lain
sebagai berikut
Menurut
pendapat Carrel (1995:9), menekankan pentingnya pemberian penghargaan dan
pengakuan pegawai sesuai dengan prestasinya. Dengan pemberian penghargaan dan
pengakuan dari organisasi diharapkan dapat memacu pegawai dan termotivasi dalam
memanfaatkan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan dan meningkatkan upaya
kerja sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pula karier di dalam dunia
kerjanya
Kompetensi
seseorang dapat ditunjukan dengan hasil kerja atau karya, pengetahuan,
ketrampilan, perilaku, karakter, sikap, motivasi dan bakatnya Spencer dan
Spencer (1993 )
2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Pengembangan
Karier
Flippo
(1994) berpendapat bahwa karyawan yang mempunyai persepsi positif terhadap
pengembangan kariernya dalam perusahaan, cenderung mempunyai kepuasan dan
motivasi kerja yang tinggi untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan
penyelidikan di negara-negara barat, ternyata gaji hanya menduduki urutan
ketiga sebagai faktor yang merangsang orang untuk bekerja. Sedangkan faktor
yang paling utama didalam memotivisir orang bekerja adalah rasa aman dan
kesempatan untuk naik pangkat ( promosi ) dalam pekerjaanya ( Anoraga, 2001 )
Karier
individu umumnya berjalan melalui tahap-tahap tertentu. Masing-masing tahap
memungkinkan dipengaruhi oleh sikap, motivasi, sifat karyawan, kondisi ekonomi
dan lain-lain (Veithzal Rivai,2004 )
2.6 Pengaruh Kompetensi terhadap
Pengembangan Karier
Robbins,
(2001:225) Terkait dengan aspek promosi, rotasi, atau penempatan lainnya, yang
merupakan bagian dari pengembangan karier, maka setiap organisasi hendaknya
mempertimbangkan pula aspek-aspek lain yaitu minat atau keinginan setiap
pegawai, penelusuran kemampuan kerja sesuai prinsip The Ability job fit dan The
personality job fit. Berdasarkan konsep ini ditekankan bahwa untuk kepuasan
dan efektivitas kerja perlu ada kesesuaian antara kemampuan dan jenis
kepribadian kerja. Keselarasan ini sangat menunjang terhadap efektifitas kerja
dan kepuasan pegawai.
Menurut
Ambar teguh (2003:189 ) terdapat dua faktor utama dalam upayanya pegawai
memperluas kinerja untuk mencapai sukses yaitu:
- Keinginan atau motivasi dari pegawai untuk bekerja yang kemudian akan menghasilkan usaha-usaha pegawai tersebut.
- Kemampuan dari pegawai untuk bekerja.
Dengan demikian motivasi
yang diharapkan dari pegawai adalah bahwa fungsi dari motivasi dan kemampuan
tersebut dapat mempengaruhi kinerja pegawai untuk berkembang. Apabila motivasi
tinggi dengan didukung oleh kemampuan yang tinggi maka kinerja pegawai juga
tinggi dan sebaliknya.
0 komentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment