KEBIASAAN BERLAKU KONSUMTIF AKAN MENGIKIS KEPEKAAN SOSIAL
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Streeggle For Life) tidak pernah aada rasa puasnya, bila suatu kebutuhan sudah terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak akan menjadi pendorong lagi baginya dan endingnya apa yang mereka lakukan bisa dipastikan berakhir dengan kata kurang, Ingat “TEORI MASLOW” yang dikenal dengan teori kebutuhan, manusia selalu dalam keadaan kurang puas.
Pola ini juga seiring dengan apa yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW. bahwa seandainya manusia diberi emas sebanyak satu gunung,maka mereka akan mencari lagi dua gunung demikian seterusnya, baru kata akhir yang bisa memenuhi kepuasan mereka bila sudah masuk kubur.
Tidak terasa di dalam aspek kehidupan kita terjadi perubahan-perubahan yang drastis, hal ini mungkin diantaranya karena faktor kemajuan yang sangat luar biasa ditambah teknologi informatika yang semakin maju sehingga membawa dampak pada pergeseran-pergeseran nilai- nilai, misalnya dari fungsi ke gengsi. Kebutuhan primer seperti makanan, pakaian, rumah, pendidikan dan hal-hal lain semacam alat komunikasi tidak lagi menimbang fungsinya, tetapi lebih pada gengsinya, seakan-akan ada sesuatu yang sedang dikejar dari proses pemenuhan yaitu keinginan tampil lebih dari yang lain (pinjam istilah Maslow memenuhi kebutuhan kelima Sense Actualisation Needs). Mungkin itulah salah satu penyebab kenapa kita tanpa sadar kehilangan daya peka sosial, kepekaan ( Sense of Crisis) kita terhadap lingkungan sekitar menjadi pudar bahkan bisa jadi di tengah hiruk pikuk mengejar keinginan nafsu yang terus membubung ke atas tanpa terasa di bawah terinjak-injak, kita tidak mampu menyelami apa yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita, kadang-kadang sulit merasakan atau apriori di saat kita terlelap kenyang ada tetangga yang tidak bisa tidur karena lapar, sesi yang lain saat sibuk mencari sekolah elit yang mahal, tetangga kita justru terancam putus sekolah karena tidak mampu bayar kewajiban SEKOLAH.
Perilaku konsumtif seperti ini mulai hinggap dalam diri umat Islam, perilaku ini sudah mengikis sedikit demi sedikit rasa persaudaraan dan kepekaan sosial di antara mereka. Rasulullah Muhammad SAW. menggambarkan umat Islam laksana satu tubuh utuh satu bagian sakt yang lain ikut merasakan, tapi apa yang terjadi sekarang ?...
Islam adalah agama yang sangat menjunjung nilai-nilai sosial dan persaudaraan. Nilai-nilai kepekaan sosial selalu ada dalam setiap ajaran-ajaran Rasulullah, misalnya Rosulullah memerintahkan kepada Sahabat untuk memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya ketika memasak dianjurkan diperbanyak agar tetangganya juga merasakan, bila tidak mencukupi disuruh banyak kuahnya. Di sisi yang lain ajaran Rosulullah banyak diteladani oleh para Sahabat beliau, misalnya banyak didapat para Sahabat tampil dengan pakaian ala kadarnya bahkan ketika ia menjadi seorang Khalifah sekalipun, di antara mereka bukannya tidak mampu memakai pakaian yang mewah, tetapi karena sifat kesederhanaan dan tenggang rasa.
Hal itulah yang di warning oleh Khalifah Umar Bin Khatab R.A. kepada para gubernurnya, ketika Abdullah bin Qthin salah satu gubernurnya di daerah Hamash, pernah dilucuti pakaiannya oleh Khalifah Umar R.A. Sang Khalifah menyuruh menggantinya dengan baju gembala, bahkan diminta untuk menjadi penggembala domba. Hal itulah dilakukan oleh Khalifah Umar, karena sang Gubernur tersebut membangun rumah mewah yang serba lux buat pribadinya, “Aku tidak pernah menyuruhmu membangun rumah mewah” begitu ucap Khalifah Umar.
Dari beberapa contoh di atas sudah seharusnya mulai dini kita memupuk rasa kepekaan sosial kita dengan berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan konsumtif. Kita berusaha mencoba hidup sederhana dan mensyukuri nikmat Allah. Sederhana bukan dalam pengertian hidup miskin, tetapi sederhana dalam bersikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tidak berlebihan bahkan sampai mendewa-dewakan materi. Membebaskan diri dari semua sistem dalam kecenderungan nafsu-nafsu yang tidak terkontrol yang bersifat Utilitarian hedonistis, nafsu-nafsu yang orientasi dan trend yang tidak teratur dikendalikan dan dijinakkan dengan suatu orientasi baru yaitu Orientasi Ikhlas yang Mutmainnah Semoga ………..!
“MAN JADDA WAJADDA”
Siapa Yang Sungguh-Sungguh Pasti Akan Ada Hasilnya ….
0 komentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment