Dari ayat-ayat
permulaan surat
Al-Baqarah diuraikan ciri-ciri orang yang bertaqwa selain yakin pada keberadaan
alam ghoib dan menegakkan sholat, orang yang bertaqwa senantiasa sanggup
menyisihkan sebagian rizqi yang telah diterima dari Allah SWT untuk kepentingan
kesejahteraan bersama. Dengan kata lain orang yang bertaqwa dalam berbagai
keadaan harus bersedia menunaikan infaq dan membayar zakat, yakni memotong
sebagian rizqi yang dilimpahkan oleh Allah untuk dapat dimanfaatkan oleh mereka
memerlukannya.
Dari ayat-ayat
pertama surat
Al-Baqarah itu sangat gamblang bahwa tidak mungkin orang yang bertaqwa memiliki
sifat kikir, pelit atau bakil. Orang yang menyandang predikat taqwa tidak bisa
tidak harus menjadi dermawan yang tanpa
ragu-ragu selalu bersedia mengorbankan sebagian
harta bendanya untuk kepentingan kemanusiaan. Bila ada orang yang merasa sudah bertaqwa tetapi kedua tangannya
masih rapat menggenggam, enggan berderma, enggan membayar zakat, infaq dan
shodaqoh, maka orang tersebut perlu menanyakan pada diri sendiri apakah benar
layak disebut Muttaqin atau pantas menempati kedudukan orang yang bertaqwa.
Kikir atau bakhil
merupakan sifat yang sangat dijauhi oleh orang yang mendambakan predikat taqwa.
Orang kikir dan bakhil menyangka bahwa jika kebahagiaan, kemulyaan dan
kebahagiaan hidupnya terletak pada harta yang tertimbun atau uang yang menumpuk
tanpa kesediaan untuk berkorban menyisihkan sebagian untuk kepentingan orang
lain yang sangat membutuhkan. Si kikir dan si bakhil tadi sesungguhnya secara
tidak langsung telah menjadi penyembah harta dan uang. Di dalam sejarah yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dikisahkan seorang tokoh yang bernama Qorun yang
hidup dizaman Nabi Musa AS. Qorun adalah perumpamaan orang kaya tapi
tidak menafkahkan sebagian hartanya untuk kemanusiaan. Ia terkenal sebagai
orang yang kaya raya dan rakus harta, tetapi bakhil. Allah SWT kemudian
mengazabnya bumi temapt Qorun berpijak tiba-tiba merekah dan menelan Qorun
serta seluruh harta bendanya.
Kisah Qorun memberikan gambaran bahwa orang yang bakhil akan
bermegah-megah dengan hartanya, ia lupa bahwa saat ia mati dan terkubur hanya
selembar saja yang menyertainya, tidak dibawa harta benda yang selama ini
dibanggakannya
Firman Allah dalam surat
At-Takaatsur ayat 1 sampai 8
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Artinya :
1.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (bermegah-megahan dalam soal
anak, harta, pengikut, kemulyaan dan sebagainya telah melalaikan manusia dari
ketaatan kepada Allah SWT
2.
Sampai kamu masuk kedalam kubur
3.
Sekali-kali tidak! kelak kamu harus mengetahui
4.
kemudian sekali – kali tidak ! kelak kamu akan mengetahui
5.
Sekali-kali tidak! sekiranya kamu mengetahui dengan pasti
6.
Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim
7.
Kemuadian kamu benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri
8.
Kemudian kamu akan ditanya tentang hari itu tentang kenikmatan (segala
kenikmatan dan kemegahan yang diberikan oleh Allah kepada manusia kelak akan
dipertanayakan untuk apa dipertanyakan
Senyampang karunia dan nikmat Allah SWT masih melekat pada
diri kita baik berupa umur, iman, kesehatan serta rizqi Allah SWT berupa harta
benda, tunaikanlah kewajiban kita untuk mengingat kepentingan saudara-saudara
kita yang sangat membutuhkan dengan gerakan menunaikan pembayaran zakat, infaq
dan shodaqoh .. Wallahua’lam bissawab.
0 komentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment