Drs H Hasan Aminuddin Msi
Drs H Hasan Aminuddin Msi, putra original Kabupaten Probolinggo. Lahir, masa kanak-kanak, remaja, sampai mengawali perjalanan karir politiknya, semuanya berbasis di probolinggo. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga pesantren, menempuh pendidikan dasar negeri (SDN), sekolah pertama negeri (SMPN) sekolah menengah atas negeri (SMAN), lalu meneruskan pendidikan tinggi umum-S1 san S2 di Universitas Merdekan Malang- telah menempa Hasan menjadi sosok yang pluraritas-demokratis, dengan penguasaan pendidikan agama yang kuat.
Hasan lahir dari keluarga
ulama yang memiliki lembaga pesantren, Besar dalam kultur dan tradisi beragama
yang kukuh, ekonomi tergolong mapan di desanya, tertempa dalam sosialisasi
kemasyarakatan yang batih-tatap muka informal yang guyub dan syarat
kekeluargaan- namaun sebagian besar warganya tergolong miskin, nilai-nilai
tersebut telah menempa Hasan menjadi figur pemimpin yang memiliki solidaritas
kuat, kepekaan Sosial yang tinggi, serta kesetiakawanan yang kental.
Sifat-sifat sosial dan
egaliter yang kuat dengan dasar etika keagamaan yang kukuh menjadi corak serta
warna yang melekat pada kepemimpinan Hasan Aminuddin ketika menjadi bupati
Kabupaten Probolinggo sejak 2003. Sifat-sifat kepemimpinan Hasan itu amat
kentara dalam aktivias kesehariannya. Terbiasa kumpul dengan banyak warga tidak
mampu dan menderita semasa dia menjalani masa anak-anak dan remaja didesanya
yang sebagian di antara mereka itu keluarga teman akrab Hasan- telah menjadikan
dia sebagai Bupati yang cepat mendengarkan curaha hati rakyatnya. Hasan sering
berdialog dengan warganya.
Dari pergumulan
yangegaliter, dia lalau terbiasa membuat intisari kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan serta pelaksanaan kebijakan pembangunan fisik dan non fisik yang
bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Sendi-sendi kepemimpinan demikian
sangat menonjol dalam diri Hasan Aminuddin dalam mengomando Kabupaten
Probolinggo.
‘’Saya tidak banyak
menggunakan pendekatan akademis. Saya lebih banyak bersentuhan langsung dengan
kebutuhan masyarakat,” paparnya.
Kepemimpinan dalam
menjalankan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan yang pro-rakyat tersebut
dilakukan karena aspirasi masyarakat banyak tidak terwakili oleh wakil-wakil
rakyat di DPRD Kabupaten Probolinggo. Orientasi mereka, anggota DPRD, umumnya
terfokus untuk melunasi biaya politik saat mencalonkan diri menjadi anggota
dewan,” ungkap Hasan menceritakan pengalamannya lantas tersenyum.
Lihat saja, kinerja mereka
untuk mengunjungi konstituennya menurun. Mereka lebih banyak mengikuti workshop, kunjungan kerja, dan study
banding. “Karena itu, ketika wali kota, bupati, dan gubernur sekalipun membuat
kebijakan dengan mengadopsi PUPA (pedoman umum penyusunan anggaran), pihak
legislatif tidak nyampe (tidak
paham),” tutur Hasan.
Pada masa kepemimpinan
Hasan, memamg hampir tak ada berita tentang pemberian sanksi kepada pegawai
pemkab yang melanggar. Padahal, seperti umumnya kantor Pemerintah, Kabupaten
probolinggo juga pernah menjatukan sanksi kepada pegawainya. “pada
pertengangahan 2003, sya pernah memecat pegawai karenan tidak masuk kerja,”
tegasnya.
Namun, Sanksi tersebut
tak pernah keluar di media karena didasari prinsip memberikan tindakan pagi
pelanggar aturan anpa memberikan pernyataan kepada media. Mengapa ? sebab, yang
melanggar itu adalah pegawai yang perlu diibaratkan sebagai anak. Sebagai bwahan.
Sebagai teman. Sebagai saudara yang punya anak. Kalau menjadi berita, kasian
anaknya. Kasian istri dan keluarganya. “jadi. Meski yang diberhentikan itu
membuat pelanggaran, saya tetap memuliakan mereka”tutur Hasan.
Independensi kewenangan
bupati harus ditegakkan. Bupati harus berani melawan kebiasaan yang sudah
berlangsung. Seorang bupati harus bisa membuat kebijakan yang bisa menikmati
generasi sekarang dan generasi mendatang. “inilah salah satu jejak yang ingin
saya wariskan kepada masyarakat kabupaten probolinggo, “ujarnya.
Kemimpin masa sekarang
harus berani bertindak Bonek (Bondo Nekat). Jika ragu-ragu, tidak bonek, bupati
tidak akan berbuat sama sekali. Tentu, tindakan bonek itu harus berdasar
pijakan yang benar. Kasian yang dirumah”tidak melanggar etika, norma agama, dan
tidak menyalahi peraturan perundang-undangan, “kata Hasan menjelaskan Prinsip
kerja serta etika kepemimpinannya. (*)
Sangatlah Pantas dan Waktunya Hasan Aminuddin untuk Memimpin Jawatimur
Sangatlah Pantas dan Waktunya Hasan Aminuddin untuk Memimpin Jawatimur
0 komentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment