""Kita Belum Hidup Dalam Sinar Bulan Purnama , Kita Masih Hidup Di Masa Pancaroba , Tetaplah Bersemangat Elang Rajawali" ( Indonesia Raya - Indonesia Merdeka ) SEBENARNYA DIMANA ALLAH - Indonesia Online

SEBENARNYA DIMANA ALLAH

Oleh : H.A.BUDIONO, SH.CN

  
Sebagai pemimpin yang merakyat dan amanah khalifah Umar Bin Khattab sering melakukan perjalanan In Cognito (peninjauan mendadak tanpa protokoler dan pengawalan) sampai kepelosok-pelosok desa diwilayah kekuasaan Islam. Dalam perjalanan itu khalifah Umar melakukan penyamaran dan tanpa pengawalan sehingga tidak dikenali oleh rakyatnya dengan tujuan untuk memantau sejauh mana kepemimpinannya telah membawa manfaat untuk kesejahteraan rakyatnya serta sejauh mana rakyatnya mematuhi dan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah ditinggalkan oleh Rasullah Muhammad SAW.

Inspirasi
SEBENARNYA DIMANA ALLAH
Ditengah perjalanan beliau bertemu dengan seorang pemuda desa pengembala kambing yang cukup banyak kambing gembalaannya. Ditepuk bahu pemuda itu dan setelah menoleh ditanya oleh khalifah Umar, “wahai anak muda milik siapa kambing-kambing yang engkau gembalakan ini ?”. Pemuda itu menjawab, “kambing-kambing ini milik tuan saya, sedangkan saya hanya mengambil upahan mengembala saja tuan.” Kemudian khalifah Umar memegang tangan pemuda itu seraya berkata “Bagaimana jika satu diantara kambing yang kau kembalakan ini kau jual padaku, kemudian kita sembelih dan kita makan bersama, kebetulan aku sedang lapar selepas perjalanan jauh ini ?. Toh tuanmu tidak tahu, katakan saja kepadanya bahwa satu kambingnya hilang dimakan srigala gurun,” bujuk Umar.

Ditatap wajah khalifah Umar tadi dengan tajam, penggembala tadi tidak tahu bahwa orang yang “Merayu” agar dia menjual satu kambing gembalaannya itu sebenarnya adalah Amirul Mukminin Kholifah Umar Bin Khattab, dan dengan mantap pemuda itu berkata :

“Tuan, jika majikan saya sebagai manusia dapat saya tipu, bagaimana saya dapat menipu Allah Tuhan Yang Maha Tahu, setiap hari saya bersembah sujud kepada-Nya, …….. Fainallah ………..! dimana Allah”. Penggembala kambing itu terus melanjutkan perkataannya :                    
“Tuan ……… apakah kau bisa menyembunyikan sesuatu dari Allah Yang Maha Alim dan Maha Khabir, yang mendengar langkah semut hitam dimalam gelap gelita diatas batu hitam sekalipun ………. ?“ . Dapatkah tuan mencegah agar suatu berita walaupun sekecil biji sawi, agar berita itu tidak sampai kepada Dzat Yang Maha Mendengar, walaupun berita sebesar biji sawi itu tuan simpan rapat-rapat didalam batu hitam yang sangat keras sekalipun ……..?

Ingatlah tuan akan firman Allah SWT :          
Surat Asy’-Syu’araa  ayat 217-219 :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219)

Artinya : “Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat),
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

Surat Al-Mukmin ayat 19
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Artinya : “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Surat Al-Fajr ayat 14
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”.
(Dia senantiasa mengamati tingkahlaku semua hamba-Nya, tidak ada yang dilupakannya lalu Ia akan memberikan balasan sesuai apa adanya)

Bergetar hati Kholifah Umar mendengar jawaban penggembala tadi, rakyat kecil yang hidup di dusun terpencil, sendiri ditempat sunyi, telah memberikan jawaban yang sangat menghunjam qolbu. Namun Kholifah Umar menjadi puas bersyukur kehadiran Ilahi, bahwa iman dan taqwa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya telah menjiwai dan bersemayam dalam qolbu rakyatnya sampai lapisan terbawah.

Pembaca yang budiman, seandainya para penggembala bangsa, para pemimpin Negara, para permimpin umat serta segenap warga bangsa ini yang mayoritas kaum muslimin bersikap dan berjiwa taqwa sebagaimana penggembala kambing di padang pasir itu, alangkah tentram damai, sejahtera dan bahagia dipangkuan negeri nusantara ini. Jika semua itu terjadi tidak perlu ada lembaga super body yang bernama KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ataupun Lembaga Pengawasan lainnya, karena setiap individu dinegeri ini dapat membedakan antara mana yang haq dan mana yang batil. Tetapi hidup memang bukanlah potret hitam putih (apa adanya), melainkan hidup seperti foto berwarna. Selalu terdapat jarak, selalu ada kesenjangan antara cita-cita dengan realita, antara ajaran dan amalan, antara das sein dan das solen antara pernyataan dan kenyataan.

Pembaca yang budiman, perjuangan hidup tidak mengenal batas akhir kecuali maut telah datang menjemput. Untuk itu kita tinggal memilih apakah kita akan mati dalam keadaan ridho dan diridhoi atau justru kita memilih mati dalam keadaan dipaksa dan membawa kutukan serta sumpah serapah dari sesame hamba Allah …Na’udzu Billahi Mindzalik …

0 komentar Blogger 0 Facebook

Post a Comment

Ģ
Indonesia Online © Copyright 2015 - Blogger Indonesia Online . Powered by RobyWec (Aneka Hosting The New Era Blogger Based Directory)
Top